AKAR PRIMITIF SUATU BILANGAN
A.
Orde Suatu Bilangan Bulat Modulo M
Dalam Teorema
Euler telah dipelajari bahwa :
Jika
(a,m) = 1 maka aϕm
1 (mod m)
Definisi
6.3
Misalkan suatu bilangan bulat m > 1 dan
(a,m) = 1. Orde dari a modulo m adalah suatu bilangan bulat positif terkecil
t, sehingga at
|
Contoh:
Perhatikan
residu-residu terkecil dari perpangkatan bulat positif a modulo 7, pada tabel
berikut ini.
Tabel 6.1
a
|
a2
|
a3
|
a4
|
a5
|
a6
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
2
|
4
|
1
|
2
|
4
|
1
|
3
|
2
|
6
|
4
|
5
|
1
|
4
|
2
|
1
|
4
|
2
|
1
|
5
|
4
|
6
|
2
|
3
|
1
|
6
|
2
|
6
|
1
|
6
|
1
|
Pada tabel
tampak bahwa :
Orde 1 (mod 7)
adalah 1,
Orde 2 (mod 7)
adalah 3, sebab 3 adalah bilangan bulat positif terkecil sedemikian hingga 23
1 (mod 7)
Orde 3 (mod 7)
adalah 6
Orde 4 (mod 7)
adalah 3
Orde 5 (mod 7)
adalah 6 dan
Orde 6 (mod 7)
adalah 2
Pada definisi 6.3 tersebut perlu
ditekankan bahwa orde dari a (mod m) hanya ada, jika syarat (a,m) = 1 di
penuhi. Sebab jika (a,m)
1, seperti telah diketahui bahwa
pengkongruenan linier ax
1 (mod m) tidak mempunyai penyelesaian.
Pada contoh di atas tampak bahwa
orde dari bilangan-bilangan bulat positif a modulo 7 selalu membagi ϕ(7) = 6,
yaitu orde a mod 7 adalah 1,2,3,6 yang masing-masing membagi 6. Hal ini
mengarahkan pada teorema berikut ini.
Teorema
6.10
Misalkan (a,m) = 1 dan orde a (mod m) adalah t maka ak
|
Bukti:
(
) orde a (mod
m) adalah t, berarti t adalah suatu bilangan bulat positif terkecil sedemikian
hingga at
1 (mod m)
Perhatikan k
dan t, menurut algoritma pembagian maka ada bilangan-bilangan bulat q dan r
sedemikian hingga k = qt + r dengan
t
Sehingga:
ak
= aqt + r = (at)qar
karena
diketahui bahwa ak
1 (mod m) maka:
ak
1 (mod m)
(at)qar
1 (mod m)
ar
1 (mod m),
sebab at
1 (mod m)
karena
t dan t adalah bilangan bulat positif terkecil
sedemikian hingga at
1 (mod m) maka
r = 0.
Sehingga k = qt
dan diperoleh t|k.
(⇐)
karena t|k maka k = th untuk suatu bilangan bulat h.
karena at
1 (mod m) maka
(at)h
1 (mod m),
yaitu ak
1 (mod m)
Menurut Teorema
Euler, yaitu:
Jika
(a,m) = 1 maka aϕm
1 (mod m)
Apabila orde
dari a (mod m) adalah t maka menurut teorema 1 dapat disimpulkan bahwa t|ϕm.
Contoh:
Perhatikan orde-orde dari
bilangan-bilangan bulat positif mod 13 pada tabel berikut.
Tabel 6.2
Bilangan bulat
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
ordenya
|
1
|
12
|
3
|
6
|
4
|
12
|
12
|
4
|
3
|
6
|
12
|
2
|
Perhatikan pada
tabel, orde dari bilangan-bilangan bulat positif yang merupakan residu terkecil
mod 13 adalah pembagi dari ϕ (13).
Perhatikan pula
bahwa:
30
33
36
39
(mod 13) dan
31
34
37
310 (mod 13)
Hal ini
mengarahkan pada teorema berikut ini.
Teorema
6.11
Jika (a,m) = 1 dan orde a (mod m) adalah k maka
ai
|
Bukti:
(
) misalkan ai
aj (mod m) dengan i
j.
karena (a,m) =
1 maka diperoleh ai-j
1 (mod m).
Selanjutnya
karena orde a (mod m) adalah k, menurut Teorema 6.10 maka k|(i-j)
Hal ini berarti
i
j (mod k).
(⇐)
karena i
j (mod k) maka i = j+tk untuk suatu bilangan
bulat t.
orde a (mod m)
adalah k berarti ak
1 (mod m).
sehingga:
ai
aj+tk (mod m)
ai
aj (mod m)
Memperhatikan
Teorema ini karena orde a (mod m) adalah k, yaitu k adalah suatu bilangan bulat
positif terkecil sedemikian hingga ak
1 (mod m)
Maka
bilangan-bilangan bulat positif a, a2, a3, ..., ak
tidak ada kongruen modulo m. Sebab, jika ai
aj (mod m) dengan 1
i
j
k, maka menurut
Teorema 6.11, i
j (mod k) yang berarti i = j.
Jika diketahui bahwa orde a (mod m)
adalah k, berapakah orde dari at (mod m)?
Misalkan (k,t)
= d maka k = kid dan t = t1d dengan (k1,t1)
= 1.
Maka:
Misalkan orde
dari at (mod m) adalah r, menurut Teorema 6.10 maka r| k1
dan (at)r = atr
1 (mod m)
Karena orde
dari a (mod m) adalah k maka k|tr. Dengan kata lain k1 d|t1
dr atau k1|t1r. Dan karena (k1, t1)
= 1 maka k1|r. Selanjutnya karena r|k1dan k1|r
maka k1 = r sehingga k1
= r =
=
Teorema
6.12
Jika (a,m) = 1 dan orde a (mod m) adalah k
maka orde dari at (mod m) dengan t
|
Pada Teorema 6.12 tersebut, jika
(t,k) = 1 maka orde dari at (mod m) sama dengan orde a (mod m).
Sebaliknya jika
orde a (mod m) adalah k dan orde dari at (mod m) adalah k pula maka
dapat dibuktikan bahwa (t,k) = 1.
Misalkan (t,k)
= d maka
dan
dan d adalah
bilangan-bilangan bulat.
orde a (mod m)
adalah k maka:
ak
1 (mod m)
Karena orde
dari at (mod m) adalah k maka k|
.
Hal ini hanya
mungkin, apabila d = 1. Jadi (t,k) = 1.
Perhatikan
tabel sebelumnya, orde dari 2 (mod 13) adalah 12, sedangkan orde dari 22
dan 23 (mod 13) berturut-turut adalah 6 dan 4.
Sesuai Teorema
6.12, hal tersebut mudah diperiksa bahwa orde 22 (mod 13) adalah
orde 2 (mod 13) adalah
=
= 6, dan
Orde 23 (mod 13) adalah
= 4.
Mengingat akibat tersebut maka perpangkatan bulat
positif dari 2 yang mempunyai orde 12 modulo 13 adalah 25, 27,
dan 211.
Sedangkan 25
6 (mod 13), 27
11 (mod 13) dan
211
7 (mod 13).
Selanjutnya,
2, 6, 7, dan 11 masing-masing yang mempunyai orde 12 = ϕ(13) disebut akar-akar
primitif dari 13.
Definisi 6.4
Jika (a,m) = 1 dan orde dari a modulo m adalah
|
Dengan kata
lain, bilangan bulat positif m mempunyai akar primitif a, apabila
Asalkan ak
1 (mod m), untuk semua bilangan
bulat positif k
.
Hal ini mudah untuk memeriksa bahwa 3 adalah akar-akar primitif dari 7 karena
(7) = 6 dan
31
3 (mod 7)
32
2 (mod 7)
33
6 (mod 7)
34
4 (mod 7)
35
5 (mod 7)
36
1 (mod 7)
Apabila
p suatu bilangan prima dan (a,p) = 1 maka pengkongruenan linier ax
1 (mod p) selalu mempunyai solusi. Mengingat teorema Euler,
ap-1
1 (mod p) maka solusinya adalah residu terkecil modulo p dari
ap-2.
Hal ini berarti setiap bilangan prima mesti mempunyai akar primitif. Sedangkan untuk bilangan bulat positif n yang bukan
prima belum tentu mempunyai akar primitif.
Misalnya:
Akar-akar primitif dari 9 adalah 2 dan 5 karena
(9) = 6 dan orde-orde dari 2 dan 5 modulo 9 masing-masing adalah 6.
Tetapi 8 tidak mempunyai akar primitif, sebab
(8) = 4 dan 32
1 (mod 8), 52
1 (mod 8) dan 72
1 (mod 8).
Berikut ini suatu teorema yang berkenaan dengan bilangan bulat positif yang mempunyai akar-akar primitif.
Teorema 6.13
Misalkan (a,m) = 1 dan c1,c2,…,
|
Bukti:
Karena (a,m) = 1
maka setiap perpangkatan bulat positif dari a juga saling prima dengan m, yaitu
,
,…,
masing-masing saling prima dengan m. karena c1,c2,…, ,
adalah
bilangan-bilangan bulat positif yang kurang dari m maka untuk membuktikan teorema
tersebut cukup menunjukkan bahwa tak ada dua suku dari
,
,…,
yang kongruen modulo m.
Misalkan:
ai
aj (mod m) untuk 0
j
(m)
ai-j
1 (mod m)
Karena a ialah akar primitive dari m, berarti orde a (mod m) adalah
dan karena 0
i - j
(m) sehingga i = j. hal ini berarti bahwa tidak ada dua suku dari
,
,…,
yang kongruen modulo m.
Contoh:
Akar primitif dari 9 adalah 2 dan
(9) = 6 maka
21
2 (mod 9)
22
4 (mod 9)
23
8 (mod 9)
24
7 (mod 9)
25
5 (mod 9)
26
1 (mod 9)
Perhatikan bahwa himpunan residu sederhana modulo 9
adalah {1,2,4,5,7,8}. Elemen-elemen himpunan ini berturut-turut kongruen modulo 9 dengan elemen-elemen himpunan
{26,21,22,25,24,23}
Memperhatikan himpunan terakhir ini dan menerapkan akibat teorema 6.12 maka akar primitif yang lain dari 9
adalah 25
5 (mod 9). Jadi akar-akar primitif dari 9 adalah 2 dan 5
Teorema 6.14
Apabilabilanganbulatpositif
m mempunyaiakarprimitifmakabanyaknyaakarprimitifdari m adalah
|
Bukti:
Misalkan akar primitif
dari m adalah a maka menurut teorema 6.13, akar-akar primitif yang lain dapat dicari
dari himpunan {
,
,…,
}, yaitu ak
dengan 1
k
(m) yang
berorder
(m). hal ini
diperoleh apabila (k,
(m)) = 1.
Banyaknya bilangan bulat positif k, dengan 1
k
(m) yang memenuhi (k,
(m)) = 1 adalah
(
(m)).
Jadi banyaknya akar primitif
dari m
adalah
(
(m)).
Contoh:
Sebuah akar primitif
dari 17
adalah 3 sebab orde 3 (mod 17) adalah
16, yaitu
(17). Akar-akar primitif
dari 17
lainnya adalah 33,35,37,39,311,312,315
(ingat eksponen-eksponen tersebut saling prima dengan 16)
yang berturut-turut kongruen modulo 17
dengan 10,5,11,14,7,12,6.
Jadi banyaknya akar primitif
dari 17
adalah 8, dan
(
(17)) =
(16) = 8.
B. AkarPrimitif
Pertama,
kita akan mempelajari keberadaan akar-akar primitif untuk bilangan-bilangan prima. Kita memulai menunjukkan banyaknya solusi perkongruenan polinomial berikut.
Teorema 6.15
Jika p suatu bilangan prima dan f adalah suatu polynomial berderajat n maka perkongruenan f(x) = 0 (mod p) mempunyai sebanyak-banyaknya n solusi.
|
Bukti:
Misalkan
polinomial f yang berderajat n adalah
F(x)
= anxn + an-1xn-1 + … + a1x
+ a0dengan an
0 (mod p).
Teorema akan dibuktikan dengan induksi matematika pada n, yaitu derajat dari f(x).
Untuk n = 1 maka f(x) = a1x + a0 dengan an
0 (mod p)
a1x
-a0 (mod p)
karena a1p = 1 (mengapa ?) maka perkongruenan linier ini mempunyai tepat satu solusi. Jadi teorema benar untuk n = 1.
Selanunya diasumsikan bahwa teorema benar untuk n = k – 1, yatu
polinomial f berderajat (k - 1) mempunyai sebanyak-banyaknya (k – 1) solusi.
Akan ditunjukkan bahwa untuk polinomial f berderajat k,
f(x)
0 (mod p) mempunyai sebanyak-banyaknya k solusi.
Untuk ini kita cukup menunjukkan bahwa f(x)
0 (mod p) tidak mempunyai solusi atau mempunyai satu solusi.
Jika f(x)
0 (mod p) tidak mempunyai solusi maka teorema terbukti.
Selanjutnya, jika f(x)
0 (mod p) mempunyai
sekurang-kurangnya satu solusi, misalnya a maka f(a)
0 (mod p) dan a adalah suatu residu terkecil modulo p.
jika f(x)
dibagi dengan (x – a) maka diperoleh:
f(x) = (x – a) q(x) + r
suku banyak q(x) berderajat k – 1 dengan koefisien bulat dan r suatu bilangan bulat pula. Substitusi x = a, pada f(x)
0 (mod p) dan pada f(x) = (x – a)
q(x) + r diperoleh:
0
f(a) = (a – a) q(a) + r (mod p)
r
0 (mod p)
sehingga f(x)
(x – a) q(x)(mod p)
misalkan b adalah penyelesaian lain dengan b
a (mod p) dari f(x)
0 (mod p) maka 0
f(b) = (b – a) q(b) (mod p)
karena p prima dan b –
a
0 (mod p) maka q(b)
0 (mod p)
hal ini dapat dikatakan bahwa suatu solusi dari f(x)
0 (mod p) yang berbeda dengan a merupakan penyelesaian dari q(x)
0 (mod p).
polinomial q(x) mempunyai sebanyak-banyaknya (k – 1) solusi sehingga f(x)
0 (mod p) tidak akan mempunyai lebih dari k solusi.
Perlu dicatat di sini bahwa teorema 6.15 hanya benar, apabila modulonya suatu bilangan prima. Sebab,
jika modulonya tidak prima maka teorema tidak benar. Misalnya x2+ x
= 0 (mod p) mempunyai 4 solusi, yaitu 0,2,3 dan 5, meskipun ruas kiri dari pengkongruenan
tersebut suatu polinom berderajat dua.
Menurut teorema fermat, yaitu jika p prima dan (a,p) = 1 maka ap-1
1 (mod p). Ini benar perkongruenan xp-1
– 1
0 mempunyai tepat (p – 1) solusi,
yaitu:
1,2,3,…,p –
1
Misalkan bahwa d|(p – 1) maka,
xp-1– 1 = (xd – 1) (xp-1-d + xp-1-2d
+…+ 1)
= (xd – 1) f(x)
Menurut teorema 6.15, f(x)
0 (mod p) mempunyai sebanyak-banyaknya (p-1-d) solusi. Misalkan x = a suatu solusi dari xp-1 –
1
0 (mod p) yang bukan solusi dari
f(x)
0 (mod p), maka a suatu solusi
dari xd – 1
0 (mod p).
Sebab
0
ap-1 – 1
(ad – 1) f(a) (mod p)
Karena p prima dan p|f(a) maka p|(ad – 1).
Jadi xd – 1
0 (mod p) mempunyai sekurang-kurangnya p – 1 – (p – 1 – d) = d solusi.
Menurut teorema Lagrange xd - 1
0 (mod p) mempunyai sebanyak-banyaknya d solusi. Jadi perkongruenan tersebut mempunyai tepat d solusi.
Uraian tersebut merupakan bukti dari teorema berikut ini:
Teorema 6.16
Jika p suatu bilangan prima dan d|p – 1 maka perkongruenan xd – 1
|
Sekarang
perhatikan bilangan prima 13 dan
(13) = 12.
Dibentuk Ψ(d) = banyaknya bilangan bulat positif k yang kuang dari
13 dan berorde d dengan d|12.
Untuk modulo 13 ini,
1 berorde 1;
3 dan 9 masing-masing berorde 3;
4 dan 10 masing-masing berorde 6;
5 dan 8 masing-masing berorde 4;
2, 6, 7 dan 11 masing-masing berorde 12, dan 12 berorde 2.
Sehingga
Perhatikan juga bahwa :
Ψ(1) = 1
= ɸ(1)
|
Ψ(4) = 2
= ɸ(4)
|
Ψ(2) = 1
= ɸ(2)
|
Ψ(6) = 2
= ɸ(6)
|
Ψ(3) = 2
= ɸ(3)
|
Ψ(12) = 4
= ɸ(12)
|
|
|
Teorema 6.17
Jika p suatu
bilangan prima dan d|p-1 maka ada tepat ɸ(d) bilangan bulat positif kurang
dari p yang berorde d modulo p.
|
Bukti :
Dibentuk fungsi
Ψ(d), yaitu banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari p yang berorde d
modulo p.
Karen setiap
bilangan bulat positif yang kurang dari p selalu berorde d dengan d|p-1 maka
Padahal kita telah mengetahui bahwa
maka kita harus menunjukkan bahwa Ψ(d)=ɸ(d)
Ambil sebarang d,
yaitu pembagi dari p-1 sedemikian hingga Ψ(d) > 0 maka ada suatu bilangan
bulat positif a yang beorde d sehingga
Tidak ada dua suku yang kongruen modulo p dan masing-masing
masing-masing memenuhi perkongruen
Sebab
dengan 1
.
Menurut teorema 6.15, perkongruenan tersebut mempunyai
tepat d solusi.
Selanjutnya,suatu bilangan bulat positif yang beorde d modulo p
mesti kongruen modulo p dengan suatu bilangan dari
.
Dan hanya sebanyal ɸ(d) dari perkongruenan a tersebut yang berorde
d, yaitu aᵏ dengan (k, d) = 1.
Jadi banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari p dab
berorde d modulo p adalah ɸ(d).
Sehingga Ψ(d) = ɸ(d).
Apabila pada
teorema 6.16, d = p-1 maka diperoleh akibat teorema tersebut sebagai berikut:
Akibat: setiap bilangan prima p mempunyai sebanyak ɸ(p -1) akar
primitif
Contoh:
Tentukan akar-akar
primitif dari 31 dan tentukan pula bilangan-bilangan bulat positif yang kurang
dari 31 yang berorde 6 modulo 31.
Jawab :
Banyaknya akar
primitif dari 31 adalah ɸ(ɸ(31)) =ɸ(30) = 8.
Karena banyak
maka 2 bukan
akar primitif dari 31.
Kita mencoba memangkatkan 3 dengan eksponen yang tidak lebih dari
15 karena orde dari 3 mesti membagi ɸ(31) = 30 maka perhitungannya dilakukan
sebagai berikut:
Karena
dan
maka orde dari 3 mesti lebih dari 15. Dan
karena orde 3 mesti membagi ɸ(31) = 30 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa orde
dari 3 (mod 31) adalah 30.
Jadi 3 adalah akar primitif dari 31.
Akar-akar primitif dari 31 yang lain adalah
dengan (k, 30) = 1, yaitu
Yang berturutu-turut kongruen mod 31 dengan
17, 13, 24, 22, 12, 11 dan 21.
Karena 3 adalah akar primitif dari 31 maka setiap bilangan bulat
positif yang kurang dari 31 dapat dinyatakan dalam bentuk
dengan 1
.
Selanjutnya menurut teorema 6.12 maka orde dari
adalah
Sehingga 3ᵏ yang berorde 6 apabila (k, 30) = 5, yaitu k = 5 atau k
= 25. Jadi 3⁵ dan
masing-masing berorde 6 (mod 31). Dengan
perhitungan berikut ini dapat diketahui residu terkecilnya.
Banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari 31 dan berorde 6
adalah ɸ(6)=2, yaitu 6 dan 26.
Akibat dari
teorema 6.16 menyebutkan bahwa setiap bilangan prima p mempunyai sebanyak ɸ(p-1)
akar primitif. Apakah suatu bilangan komposit mempunyai akar primitif?
Akar-akar primitif dari 9 adalah 2 dan 5, tetapi 8 tidak mempunyai akar
primitif.
Sekarang
perhatikan bilangan komposit 2ᵏ dengan k
kita akan menunjukkan bahwa untuk sebarang bilangan ganjil a dengan
(a, 2ᵏ) = 1,
maka
apabila kita berhasil menunjukkan kekongruenan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa 2ᵏ tidak mempunyai akar primitif.
Akan ditunjukkan
dengan induksi matematik untuk setiap bilangan asli k
Jika k=3 maka diperoleh kekongruenan a²
yang benar untuk a = 1, 3, 5 dan 7, yaitu:
Jadi benar bahwa
tidak mempunyai akar primitif.
Selanjutnya diasumsikan kekongruenan benar untuk suatu bilangan
bulat k > 3, yaitu:
Kekongruenan ini ekuevalen dengan
Jika kedua ruas dikuadratkan maka diperoleh:
Jadi kekongruenan juga benar untuk k + 1 sehingga kekongruenan
benar untuk semua bilangan bulat k
Uraian diatas merupakan bukti dari teorema berikut ini
Teorema 6.18
Untuk k
|
Teorema berikut ini mempunyai spirit sama
dengan teorema tersebut.
Teorema 6.19
Jika
bilangan-bilangan bulat m
|
Misalkan
(m),
(n)] = h dan (
(m),
(n)) = d.
Karena
(m) dan
(n)
masing-masing bilangan genap (ingat teorema 6.5), maka d
2. Sehingga
h =
karena
(a, m) = 1, menurut Teorema Euler
1 (mod m). Selanjutnya
dengan cara yang sama dapat diperoleh bahwa
1 (mod n).
Karena (m, n) = 1,
(mod m) dan
1 (mod n), maka
1 (mod mn).
Lemma I.
Jika p suatu
bilangan prima ganjil, maka ada suatu akar primitif r dari p sedemikian hingga
1 (mod p²)
Lemma 2:
Misalkan
p suatu bbilangan priima ganjil dan r suatu akar primitif dari p sedemikian
hingga
1 (mod p²), maka untuk
setiap bilangan bulat positif k
2, berlaku:
Teorema 6.20
Jika
p suatu bilangan prima ganjil dan bilangan bulat k
|
Bukti:
Berdasarkan
lemma di atas , kita dapat memilih suatu akar primitif r dari p dan misalkan
orde r (mod
) adalah n.
Teorema 6.21
Jika p suatu bilangan prima ganjil dan suatu bilangan bulat k
|
Bukti:
Menurut Teorema 6.20,
mempunyai akar primitif, misalnya r. Kita
asumsikan bahwa r suatu bilangan ganjil, sebab jika r genap, maka r +
adalah suatu bilangan ganjil yang merupakan
akar primitif dari
pula. Maka (r, 2
) =1. Misalkan
orde dari r (mod 2
) adalah n,
maka n mesti membagi
(2
).
Dan karena
n. Karena orde di r (mod 2
adalah n, maka n |
Jadi n =
yang
berarti bahwa r adalah akar primitif dari 2
.
Bilangan prima 5 mempunyai
(
(5)) = 2 akar primitif, yaitu 2 dan 3. Karena:
25-1
16
1 (mod 25) dan 35-1
81
6
(mod 2/5).
Maka
2 dan 3 merupakan akar-akar primitif dari 52.
Menurut teorema 6.20, 2 dan 3 juga
merupakan akar-akar primitif 5k dengan k
1. Sedangkan menurut teorema 6.21, 3 merupakan
suatu akar primitif dari semua bilangan berbentuk 2.5k dengan k
1.
Tabel 6.3
Berikut ini suatu daftar akar primitif terkecil
dari bilangan prima yang kurang dari 100
prima
|
Akar primitif terkecil
|
prima
|
Akar primitif terkecil
|
2
|
1
|
43
|
3
|
3
|
2
|
47
|
5
|
5
|
2
|
53
|
2
|
7
|
3
|
59
|
2
|
11
|
2
|
61
|
2
|
13
|
2
|
67
|
2
|
17
|
3
|
71
|
7
|
19
|
2
|
73
|
5
|
23
|
5
|
79
|
3
|
29
|
2
|
83
|
2
|
31
|
3
|
89
|
3
|
37
|
2
|
97
|
5
|
41
|
6
|
101
|
2
|
Makasih,, pusing....tapi bisa
BalasHapus