A.
Subyek Evaluasi
Subyek (pelaku)
evaluasi ialah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi pendidikan dimana
sasaran evaluasi nya adalah prestasi belajar, maka subyek evaluasi nya adalah
guru atau dosen yang mengasuh mata pelajaran tertentu. Jika evaluasi yang
dilakukan itu, sasarannya adalah sikap peserta didik, maka subyek evaluasinnya
adalah guru atau petugas yang sebelum melaksanakan evaluasi terhadap sikap itu,
terlebih dahulu telah memperoleh pendidikan atau latihan ( training ) mengenai
cara-cara menilai sikap seseorang. Adapun apabila sasaran yang di evaluasi
adalah kepribadian peserta didik, dimana pengukuran tentang kepribadian itu
dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa tes yang sifatnya baku (standardized
test), maka subyek evaluasinya tidak bisa lain kecuali seorang psikolog; yaitu
seseorang yang memang telah dididik untuk menjadi tenaga ahli yang profesional
di bidang Psikologi.[1]
Ada pandangan
lain yang disebut evaluasi adalah siswa yakni orang yang di evaluasi. Dalam hal
ini yang dipandang sebagai obyek misalnya: prestasi matematik, kemampuan
membaca, kecepatan lari, dan sebagainya. Pandangan lain lagi mengklasifikasikan
siswa sebagai obyek evaluasi dan guru sebagai subyeknya.[2]
B.
Obyek Evaluasi
Obyek (sasaran) evaluasi ialah segala sesuatu yang berkaitan dengan
kegiatan atau proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatian atau
pengamatan, karena pihak penilai (evaluator) ingin memperoleh informasi tentang
kegiatan atau proses pendidikan tersebut.
Salah satu cara untuk mengenal atau mengetahui obyek dari evaluasi
pendidikan adalah dengan jalan menyorotinya dari tiga segi, yaitu dari segi
input, transformasi, dan output. Dimana input kita anggap sebagai “bahan mentah
yang akan diolah”, transformasi kita anggap sebagai “dapur tempat mengolah
bahan mentah”, dan output kita anggap sebagai “hasil pengolahan yang dilakukan
di dapur dan siap untuk dipakai”.
a.
Input
Dalam dunia pendidikan, khususnya
dalam proses pembelajaran, input atau bahan mentah yang siap untuk diolah,
tidak lain adalah para calon peserta didik, seperti calon murid, calon siswa,
calon mahasiswa, dan sebagainya. Calon peserta didik sebagai pribadi yang utuh,
dapat ditinjau dari beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang
digunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani
setidak-tidaknya mencakup empat hal.
1)
Kemampuan
Untuk dapat
diterima sebagai calon peserta didik dalam rangka mengikuti program pendidikan
tertentu, maka para calon peserta didik itu harus memiliki kemampuan yang
sesuai atau memadai, sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran pada program
pendidikan tertentu itu nantinya, peserta didik tidak akan mengalami banyak
hambatan atau kesulitan.
Sehubungan
dengan itu, maka bekal kemampuan yang dimiliki oleh para calon peserta didik
perlu untuk dievaluasi terlebih dahulu, guna mengetahui sampai sejauh mana
kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing calon peserta didik dan mengikuti
program pendidikan tertentu itu. Kemampuan calon peserta didik yang akan
mengikuti program pendidikan sebagai taruna akademi angkatan laut tentu harus
dibedakan dengan kemampuan calon peserta didik yang akan mengikuti program
pendidikan pada sebuah perguruan tinggi agama islam.[3]
Adapun alat
yang bisa dipergunakan dalam rangka mengevaluasi kemampuan peserta didik itu
adalah tes kemampuan (aptitude test).
2)
Kepribadian
Kepribadian
adalah sesuatu yang terdapat pada diri seseorang, dan menampakkan bentuknya
dalam tingkah laku. Sebelum mengikuti program pendidikan tertentu, para calon
peserta didik perlu terlebih dahulu di evaluasi kepribadiannya masing-masing,
sebab baik buruknnya kepribadian mereka secara psikologis akan dapat
mempengaruhi keberhasilan mereka dalam mengikuti program pendidikan tertentu. Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui atau
mengungkap kepribadian seseorang adalah dengan jalan menggunakan tes
kepribadian(personality test).
3)
Sikap
Sikap pada
dasarnya adalah bagian dari tingkah laku manusia, sebagai gejala atau gambaran
kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan suatu yang
paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan, maka banyak orang yang
menginginkan informasi khusus tentangnya. Karena itu, aspek sikap tersebut
perlu dinilai atau dievaluasi terlebih dahulu bagi para calon peserta didik
sebelum mengikuti program pendidikan tertentu. Untuk menilai sikap tersebut
digunakan alat berupa tes sikap(attitude test), atau sering dikenal dengan
skala sikap(attitude scale), sebab tes tersebut berupa skala.[4]
4)
Inteligensi
Untuk mengetahui
tingkat inteligensi ini digunakan tes inteligensi yang sudah banyak digunakan
oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah tes buatan Binet dan Simon
yang dikenal dengan test Binet-Simon. Selain itu ada lagi tes-tes yang lain
misalnya, SPM,Tintum, dan sebagainya. Dari hasil tes akan diketahui
IQ(Intelligence Quotient) orang tersebut. IQ bukanlah Inteligensi. IQ berbeda
dengan Inteligensi karena IQ hanyalah angka yang memberikan petunjuk tinggi rendahnya
Inteligensi seseorang.[5]
b.
Transformasi
Apabila disoroti dari segi
transformasi, maka obyek dari evaluasi pendidikan itu meliputi:
1)
Kurikulum atau materi pembelajaran
2)
Metode mengajar dan tekhnik penilaian
3)
Sarana atau media pendidikan
4)
Sistem administrasi
5)
Guru dan unsur-unsur personal lainnya yang terlibat dalam proses
pendidikan.[6]
Transformasi yang dapat diibaratkan sebagai “Mesin pengolah yang
bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi”, akan memegang peranan yang
sangat penting. Ia dapat menjadi faktor penentu yang dapat menyebabkan
keberhasilan atau kegagalan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang telah
ditentukan; karena itu obyek-obyek yang termasuk dalam transformasi itu perlu
dinilai atau dievaluasi secara berkesinambungan. Kurikulum yang tidak sejalan
dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, dapat menyebabkan terjadinya
kegagalan dalam pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Penggunaan metode-metode
mengajar yang kurang tepat, tekhnik penilaian hasil belajar yang tidak
memperhatikan prinsip-prinsip dasar evaluasi itu sendiri, sarana pendidikan
yang tidak atau kurang memadai, sistem administrasi yang bersifat acak-acakan,
pimpinan lembaga pendidikan, tenaga pengajar, dan karyawan yang tidak
professional, semuanya itu akan sangat mempengaruhi proses “Pengolahan bahan
mentah” menjadi “Bahan jadi yang siap dipakai”. Karena itu kelima sasaran yang
telah dikemukakan diatas, yang dapat diandaikan sebagai “Mesin pengolah” itu,
harus senantiasa mendapatkan penilaian atau evaluasi.
c.
Output
Dari segi output yang menjadi
sasaran evaluasi pendidikan adalah tingkat pencapaian atau prestasi belajar
yang berhasil diraih oleh masing-masing peserta didik, setelah mereka terlibat
dalam proses pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan. Untuk
mengetahui sebarapa jauh pencapain atau prestasi belajar yang diraih oleh
peserta didik itu, dipergunakan alat berupa tes prestasi belajar atau tes hasil
belajar, yang biasa dikenal dengan istilah tes pencapaian (achievement test).[7]
C.
Alat - alat Evaluasi
Secara garis besar, maa alat evaluasi yang digunakan dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu tes dan bukan tes(Non test). Selanjutnya
tes dan non tes ini juga disebut sebagai teknik evaluasi.
1)
Teknik Tes
Apakah sebenarnya
Tes itu ? Ada bermacam-macam rumusan tentang tes. Disini akan dijelaskan
beberapa pengertian tes.
Menurut Drs. Amir Daien Indrakusuma
mengatakan demikian:
“Tes adalah suatu alat atau prosedur
yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau
keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh
dikatakan cepat dan tepat.”
Menurut Muchtar Bukhori mengatakan:
“Tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok
murid.”
Menurut Webster’s Collegiate
mengatakan:
“Tes = any series of questions or
exercises or other means of measuring the skill, knowledge, intelligence,
capacities of aptitudes or an individual or group.”
Yang kurang lebih artinya demikian:
“Tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
penetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.”
Apabila rumusan
yang telah disebutkan diatas dikaitkan dengan evaluasi yang dilakukan di
sekolah, khususnya di suatu kelas maka tes mempunyai fungsi ganda yaitu : untuk
mengukur keberhasilan siswa dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.
Ditinnjau dari
segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas 3 macam tes yaitu : tes diagnostik, tes formatif, dan tes
sumatif.
a.
Tes Diagnostik
Tes Diagnostik
adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga
berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan
yang tepat.
b.
Tes Formatif
Dari arti kata
“form” yang merupakan dasar dari istilah “Formatif” maka evaluasi formatif
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentu setelah mengikuti
suatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga
dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan
pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses.
c.
Tes Sumatif
Evaluasi
sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok
program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah tes
formatif dapat disamakan dengan ulangan harian sedangkan tes sumatif ini dapat
disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada akhir semester.[8]
2)
Teknik Non Tes
Yang tergolong
teknik non tes adalah : skala bertingkat (rating scale), kuesioner
(questionair), daftar cocok (check-list), wawancara (interview), pengamatan
(observation), dan riwayat hidup.
a.
Skala bertingkat (rating scale)
Skala
menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil
pertimbangan. Sebagai contoh adalah skor yang diberian oleh guru di sekolah untuk
menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa. Siswa yang mendapat skor 8,
digambarkan di tempat yang lebih kanan dalam skala, dibandingkan penggambaran
skor 5.[9]
b.
Kuesioner
Pada dasarnya
kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat mengetahui tentang
keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapat nya dan
lain-lain.
Kuesioner dapat
ditinjau dari beberapa segi :
1)
Ditinjau dari segi siapa yang menjawab
a)
Kuesioner langsung
Kuesioner dikatakan langsung jika
kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai
jawaban tentang dirinya.
b)
Kuesioner tidak langsung
Kuesioner tidak langsung adalah
kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta
keterangannya. Kuesioner tidak langsung biasannya digunakan untuk mencari
informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga, dan sebagainya.
2)
Ditinjau dari segi cara menjawab
a)
Kuesioner tertutup
Kuesioner tertutup adalah kuesioner
yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya
tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
b)
Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang
disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya.
Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan
jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Keterangan tentang alamat
pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang
disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untu meminta pendapat seseorang.
c.
Daftar cocok (check-list)
Yang dimaksud
dengan daftar cocok (check-list) adalah deretan pertanyaan (yang biasanya
singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda
cocok (v) di tempat yang sudah disediakan.[10]
d.
Wawancara (interview)
Wawancara
(interview) adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban dari responden dengan jalan Tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak
karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk
mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subyek evaluasi.
Wawancara dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1)
Interview bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk
mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat
oleh subyek evaluasi.
2)
Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh subyek
evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun
terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan
tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh penanya.
e.
Pengamatan (observation)
Pengamatan
(observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Ada dua macam
observasi :
1)
Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat,
tetapi pengamat itu memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang
diamati. Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat betul-betul
mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya pura-pura. Dengan demikian ia dapat
menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan orang-orang dalam kelompok
yang diamati.
2)
Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang
diamati sudah di daftar secara sistematis, dan sudah diatur menurut
kategorinya. Berbeda dengan observasi partisipan, maka dalam observasi
sistematik ini pengamat berada diluar kelompok. Dengan demikian maka pengamat
tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
3)
Observasi eksperimental, terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi
dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat
mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga
situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.
f.
Riwayat hidup
Riwayat hidup
adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya.
Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subyek evaluasi akan dapat menarik suatu
kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan dan sikap dari obyek yang dinilai.[11]
Selain
teknik-teknik di atas, ada juga teknik lain yaitu :
1)
Studi kasus
(Case Study)
Adalah studi
yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekolah yang memiliki
kasus tertentu.
2)
Catatan
insidentil (anecdotal record)
Adalah
catatan-catatan singkat tentang peristiwa sepintas yang dialami peserta didik
secara perorangan.
3)
Sosiometri
Adalah suatu
prosedur untuk merangkum, menyusun dan sampai batas tertentu dapat
mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan teman
sebayanya serta hubungan di antara mereka.
4)
Inventori
kepribadian
Hampir serupa
dengan tes kepribadian. Bedanya dalam inventori kepribadian jawaban peserta
didik tidak mempunyai kriteria benar atau salah. Semua jawaban peserta didik
adalah benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya.[12]
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto.Suharsimi. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan, Jakarta : bumi aksara. 1993
Sudijono.Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta :
RajaGrafindo Persada. 2005
[1] Prof.
Drs. Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta :
RajaGrafindo Persada, 2005) hal. 28
[3]
Prof. Drs. Anas Sudijono. Op.cit hal 25
[4]
Prof. Drs. Anas Sudijono. Ibid hal. 26-28
[6]
Prof. Drs. Anas Sudijono. Op.cit hal 20
[8] Dr.
Suharsimi Arikunto. Ibid hal 28-36
[10] Dr.
Suharsimi Arikunto. Ibid hal 23-26
[11] Dr.
Suharsimi Arikunto. Ibid hal 27-28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar